Aku pernah memikirkan, hal apa dalam diriku yang kira-kira sulit untuk diterima oleh pasanganku nanti. Apakah ketidaksempurnaanku, ataukah kekuranganku.
Tapi, jauh sebelum pertanyaan itu aku berikan untuk orang yang nanti akan datang, aku meminta diriku sendiri terlebih dulu untuk menjawabnya. Hal apa yang sulit aku terima dari diriku sendiri? Ternyata jawabannya adalah masa lalu.
Lalu, bagaimana aku bisa meminta orang lain untuk menerima hal yang bahkan aku sendiripun belum bisa menerimanya?
Kalau tak dimaafkan sejak sekarang, tak diterima sedari kini, kapankah kita akan belajar untuk memetik hikmah dari masa lalu? - Tanyaku pada diri sendiri.
Kelak, pekerjaan kita akan semakin berat. Pikiran kita akan semakin terbeban, kalau perihal diri sendiri saja kita belum selesai, bagaimana kita bisa mulai menata kehidupan baru dengan orang lain?
Maka dari itu, aku pelan-pelan memaafkan diriku sendiri. Tidak mudah memang, tapi terus-terusan membenci diri sendiri jauh lebih sulit. Dan maaf itu, tak akan utuh tanpa penerimaan.
Maafku pada diri sendiri, tak akan utuh tanpa penerimaanmu terhadap masa laluku. Begitulah kira-kira.
Maka dari itu, aku pelan-pelan memaafkan diriku sendiri. Tidak mudah memang, tapi terus-terusan membenci diri sendiri jauh lebih sulit. Dan maaf itu, tak akan utuh tanpa penerimaan.
Maafku pada diri sendiri, tak akan utuh tanpa penerimaanmu terhadap masa laluku. Begitulah kira-kira.
Aku rasa, kamu, yang nanti akan datang, tidak perlu mencintaiku seluruh, sebab ada bagian dalam diriku yang tidak harus kamu cintai, tapi cukup kamu terima.
Iya, karena untuk membangun masa depan kita tak perlu saling mencintai masa lalu, cukup kita belajar darinya. Masa lalu boleh jadi milikmu dan orang lain, boleh jadi milikku dan orang lain, tapi masa depan akan jadi milik kita.
Selamat bekerja untuk masa kini dan nanti.
Sleman | Desember 2017
Komentar