Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Yang Sebenarnya..

"Tapi, yang ada di Jakarta dan tidak ada di kebanyakan kota besar lainnya itu, barisan gedung-gedung yang tinggi. Bikin takjub" "Iya, apalagi kalau kamu jalan-jalan malam di Jakarta, makin takjub nanti" "Iya tuh, dua hari kemarin tiap pagi aku langsung duduk di sofa depan jendela, yaampun bagus banget gedung-gedungnya kelihatan samar, ketutup kabut" "Hukkk. Duh sampe batuk aku. Deb, itu polusi, bukan kabut. Maaf ya" Lalu wajahnya nampak menahan tawa, sekaligus prihatin, layaknya mematahkan mimpi seorang bocah.  Ya, tapi itulah Jakarta. Apa yang nampak dan kita pikirkan, kadang tak sama dengan kenyataannya. Seperti kamu, Jakarta itu seperti kamu. Susah ditebak dan diterjemahkan. Jakarta Timur, April 2017

Doa

Bukankah yang maha mengabulkan setiap doa itu mempunyai sifat Al samii' ? Doa yang kita bisikkan pelan-pelan, bahkan yang hanya terucap di hati saja Ia mampu mendengar.  Tapi ada yang menarik belakangan ini, kebanyakan orang gemar menuliskan untaian doa nun indah di caption instagram atau media sosial lain, seolah kalau tidak dituliskan di sana, Allah tidak dengar dan tidak tahu.  Hmm, kenapa demikian? Bukankah tempat terbaik merayu Allah adalah dalam sujud di sepertiga malam?  Gambar dari sini Yogyakarta, April 2017

Kalau Kita Bukan Seseorang Itu

hanya ada satu nama yang bisa menyentuh inti hati setiap manusia. hanya ada satu nama yang bisa menjadi yang teristimewa. terima kenyataan itu. seperti adit untuk kica. seperti kica untuk adit. seperti banyu untuk rasya. seperti adit untuk faza. hanya ada satu nama–yang meskipun kadang hanya dipertemukan tanpa dipersatukan–yang bisa memiliki tempat itu. nama itu punya daya pikat luar biasa. nama itu, mendengarnya saja bisa membuat air mata menguap tiba-tiba. seseorang itu begitu menarik, sehingga segala hal kecil yang disukainya juga mencuri perhatian kita. seseorang itu cita-citanya, mimpinya, ingin kita perjuangkan juga. tapi terima kenyataannya. hanya sedikit sekali yang dipilihkan bersama dengan seseorang itu. kebanyakan tidak. kebanyakan, pilihan terbaik menurut Tuhan bukan yang terbaik menurut kita. ada yang lebih susah daripada bersama dengan seseorang yang bukan seseorang itu, daripada ikhlas melepaskan seseorang itu–yaitu menjadi seseorang yang bukan seseorang itu, ik

Ikhlas

Kita tidak akan pernah mampu melupakan sesuatu menyakitkan yang pernah terjadi dalam hidup kita. Karena semakin kita berusaha melupakan, kita akan terus mengulang kenangan yang menyakitkan tersebut.  Yang mungkin kita lakukan adalah memaafkan, lama kelamaan hati akan mengikhlaskan, hingga sesuatu yang dulunya terasa menyakitkan bahkan untuk sekedar diingat, akan berubah menjadi biasa saja hari ini.  Dulu, mungkin kita berpikir bahwa hal menyakitkan tersebut akan menjadi bagian terburuk dalam hidup kita. Kita bahkan tidak yakin akan sembuh dari rasa sakit. Tapi bukankah hidup adalah proses belajar, memaafkan merupakan bagian dari proses tersebut. Dalam proses itulah banyak pelajaran-pelajaran baik dan terbaik yang harusnya bisa kita petik hikmahnya.  Selamat menikmati proses.  Yogyakarta 

Wisuda

Aku selalu percaya, wisuda meruapakan salah satu hari sakral dalam masa perkuliahan. Segala bentuk rasa mungkin ada di hari itu, bahagia, haru, bangga, sedih, bahkan mungkin juga kecewa. Semuanya terkemas rapi dalam satu kurun waktu.  Sudahkah aku belajar dengan baik selama lima tahun ini? Sudahkah aku menjaga kepercayaan orang tuaku saat aku jauh dari mereka? Pantaskah aku menjadi orang-orang yang dikatakan berpendidikan? Sebab, Pak Jhony bilang 'salah satu indikasi keberhasilan pendidikan adalah membuat manusia menjadi lebih baik' . Maka muncul pertanyaan semacam ini 'sudahkan pendidikan memanusiakan mu, Deb?' Taken by : Khaqki Yogyakarta, menjelang satu bulan pasca wisuda