Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Tentang 'Jodoh'

"Aku bisa membuktikan bahwa aku mencintaimu, tetapi aku tak punya bukti apa pun bahwa akulah jodohmu" Kalimat di atas adalah satu dari banyak kutipan yang aku sukai dalam Novel berjudul 'Jodoh' karangan Fahd Pahdepei. Nama Fahd sebenarnya tidak terlalu asing, aku sempat melihat namanya di salah satu buku yang di pajang di Bookstore . Tapi novel 'Jodoh' adalah karya beliau yang pertama kali kuadopsi. sebenarnya aku sudah mengincar 'Jodoh' sejak awal Januari lalu, namun takdir ternyata memintaku lebih tabah dalam sebuah penantian. Beberapa kali aku mencari 'Jodoh' di bookstore di Surabaya, hasilnya selalu nihil. Entah aku yang tak berjodoh dengan 'Jodoh' atau takdir masih memintal benang cerita antara aku dan 'Jodoh' di atas sana. Hingga ketika aku sudah mulai melupakan 'Jodoh' justru 'Jodoh' yang mendatangiku. -oh my..... ini ceritanya kok jadi giniii . Stay Focus, Deb-  Ah ya, di sini aku ingin m

Menjadi Ujian

Setiap hati adalah rumah setiap rumah pasti memiliki pintu setiap pintu hanya ada satu kunci yang pas untuk membukanya Tuan, kamu boleh bertandang ke teras rumah siapapun tapi hanya sebatas teras inti hati, biarlah tetap si empunya yang menjaga Ketika kamu mulai tertarik pada seseorang, semua hal tentangnya menjadi terasa menarik. Telingamu mulai peka ketika orang-orang di sekitarmu menyebut namanya, dan kamu kesal ketika orang-orang di sekitarmu menjodoh-jodohkannya dengan orang lain. Ketika kamu tertarik pada seseorang, semesta seolah berkonspirasi, logikamu mungkin sedikit tumpul. kesamaan-kesamaan kecil antara kamu dan dia kamu asumsikan bahwa itu adalah pertanda jodoh. Sedang perbedaan-perbedaan yang ada kamu sebut "perbedaan itu ada agar kita saling melengkapi" Ketika kamu tertarik pada seseorang gravitasi bumi seolah berpindah pada orang tersebut. Kamu, seperti tidak punya pilihan lain kecuali jatuh.  Semua hal tentangnya, seperti wajib kamu ket

Re-Post

"21 tahun sudah, tapi selalu jauh dariku" pesan singkat darimu di hari ketika usiaku tepat 21 tahun. Rasanya memang jarak selalu punya daya untuk membuat kita tak berdaya. . . Karenanya waktu selalu berjalan lambat ketika kita tidak sedang bersama. . . Aku rindu suara berisikmu ketika makan kerupuk, aku rindu kejahilanmu yang sampai membuat mamah menangis kesal, aku rindu suara langkahmu yang mengendap-endap menuju kamarku untuk sekedar memastikan aku sudah tidur atau belum, aku rindu memijat kepalamu, aku rindu tulisan tanganmu di buku tugasku, aku rindu nasihat bijakmu yang berakhir dengan kekonyolan. Pantas ibuku jatuh cinta, kamu... Meskipun menyebalkan, tapi bikin sayang ❤

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan

Flashback : Perjalanan Kita

Barangkali karena menulis adalah terapi terbaik untuk menyembuhkan luka, atau mungkin barangkali karena menulis adalah bagian dari merekam perasaan, maka aku tergerak untuk menulis cerita ini, cerita tentang kita, kita.. iya kitaa :D Berawal dari kesedihan yang meski sudah mengering namun masih meninggalkan bekas. Aku ingin mengenang perjalanan kita hingga sampai ke puncak Ijen.  Well, dari tadi bilang 'kita' terus, siapa sih 'kita' ?  Jadi, ini masih tentang aku dan kalian, teman-teman pemberaniku, tim LJ tangguh atau apalah yang pantas untuk menamai komplotan 'kita' ini.  Kemarin, ketika aku mendengar kabar bahwa kalian benar-benar jadi berangkat, dan aku sudah pasti pulang, ada perih yang begitu hebat menghujam sisi logikaku, hingga membuatnya mati dan tak mampu berfikir jernih. Aku luar biasa iri membayangkan kalian sibuk menyiapkan perlengkapan mendaki, aku iri dengan apa yang bergemuruh di dada kalian, menunggu esok dengan penuh harap. Sement