Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Yang Merugi

Tak terasa ramadhan beranjak pergi meninggalkan, padahal rasanya baru kemarin aku menyambutnya di teras rumah.  Tapi kenapa hati rasa kekeringan, padahal Allah telah suguhkan nikmat tak terhingga.  Aku merasa tak ada perubahan, entah salahnya di mana, namun jawabnya kutemui dalam kultum malam ke lima.  Seorang penceramah yang menjawab pertanyaanku lewat potongan hadits ini.. “...Sungguh rugi seseorang yang bertemu dengan Ramadhan, lalu Ramadhan itu berlalu darinya sebelum dosa-dosa dirinya diampuni,....” (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan al-Hakim) Dalam kultum yang ia sampaikan, bahwa ramadhan adalah bulan penuh ampunan. Bila kita masih setengah hati dan tak bersungguh-sungguh dalah ibadah, termasuklah kita orang yang yang merugi. Terlebih lagi bila kuantitas dan kualitas amalan malah menurun di bulan ini, qiyamul lail kita tinggalkan, tilawah kita malas, lebih banyak tidur daripada ibadah. Lalu kita bertanya-tanya kenapa masih ada godaan syaitan di bulan yang kata

Bumi dan Bulan

Tulisan kali ini, aku dedikasikan untuk keluarga tercinta, OWOPers di seluruh Indonesia -halah lebay-  Jadi begini, kalian pernah ingat tentang komitmen awal kita ketika OWOP dibangun ulang? Kalau tidak salah, sekitar bulan Nopember atau Oktober ya? Aku ingat betul, ketika itu ada sekitar seratus orang berjejalan dalam satu group WA. Penuh sesak obrolan siang-malam. Owop jadi group yang tak ada matinya berbulan-bulan. Eh malah nostalgia -_-  Tadi kan kita lagi bahas komitmen ya? Iya, komitmen kita untuk menulis 'satu pekan satu tulisan' sesuai nama komunitas ini. Pernah ingat juga tentang partner menulis? Hayo... jangan-jangan kalian lupa siapa partner kalian. Itu loh, pasangan menulis kita, yang jadi alarm kalo kita lagi males nulis. Nah, komitmen yang akan aku bahas di sini, erat kaitannya dengan partner menulis kita itu.  Kalau aku tidak salah ingat, ada pembagian jenis tulisan setiap minggunya. Minggu pertama kita menulis sesuai passion. Minggu kedua kita menul

Rumah adalah

Mendengar kata 'pindah' yang pertama kali terbayang adalah 'adaptasi'  Adaptasi dengan lingkungan baru, suasana baru, bahkan mungkin kebiasaan baru. Jauh-jauh hari sebelum pulang, aku memikirkan hal itu. Meskipun menurut Ibu, aku ini orang yang senang berpindah, tapi jujur aku tidak suka dengan kata itu. Aku malas menjadi 'orang asing' di tempat baru. Terlebih itu rumah orangtuaku sendiri.  Tapi ajaib, berbeda dari pengalaman yang sudah-sudah. ternyata memang berpindah-pindah tempat kos jauh lebih menyebalkan dibanding pindah rumah.  Bahkan hei, tahukah? Sejak detik pertama aku menginjakkan kaki di tempat baru ini, aku tidak merasa menjadi 'orang asing'  Kakiku seperti sudah paham ke mana harus melangkah, seperti sudah hafal seluk beluk rumah ini.  Kini aku sadar, perkara rumah tak bisa disamakan dengan apa pun.  Karena rumah adalah tempat di mana aku menemukan kenyamanan, ketenangan, dan kehidupan yang tidak ku dapat di luar sana.  Ka