Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2015

Serpihan Surga Di Selatan Sumatera

 I’m not a traveller kind of girl, tapi sekali-sekali bolehlah ya posting tentang liburan. Well, sebelum cerita tentang ‘surga’ itu, ada sedikit mukadimah..... Jadi ini cerita tentang liburan singkat keluargaku. Sebenaranya hampir tiap tahun kami meng-agenda-kan liburan. Entah itu jelajah alam atau sekedar jalan-jalan ke kota. Dan biasanya aku lah yang dipercaya dalam menentukan destinasi. Sebelumnya kami sekeluarga hanya ngubek-ngubek wilayah Sumsel saja, belum pernah mencoba ke luar ‘kandang’. Destinasi liburan pun tak jauh dari air terjun, wisata kota dan pegunungan, itupun hanya sampai di kaki gunung, haha (karena hanya itu yang Sumsel punya). Karena bosan dengan air terjun dan wisata kota (di kota pun tak ada tempat menarik, tujuan utama ya paling juga ke mall. Ada wisata pulau kemaro juga di Palembang. Tapi tiga tahun lalu kami sudah ke sana. Huhu) aku iseng mengajukan destinasi baru, ada dua opsi. Pertama Lampung, kedua Bengkulu. Sebenarnya Bangka sih yang pertama, karena

Menunggu Waktu

Aku menunggu.. Menunggu waktu memberi tahu ke mana pergimu setelah singgah.. Menunggu bumi berbisik menunjukkan tempat yang kau pilih tuk berpindah.. Menunggu matahari membocorkan rahasia siapa yang kau pilih tuk habiskan senja.. Aku menunggu.. Menunggu rintik yang pelan-pelan hapuskan kenangan.. Menunggu hujan yang kan bawa pergi jauh harapan.. Menunggu rasaku menjelma embun, tabah menanti pagi, menyambut hangat mentari, untuk kemudian teruapkan.. Aku menunggu.. Menunggu hari ketika aku benar-benar harus ucapkan salam perpisahan.. Di tempat yang mungkin tak terjamah pikirmu, aku menunggu.. di barisan kursi penonton yang sepi, dalam diam aku menunggu.. karena mereka memilih jadi bagian ceritamu, aku memilih tempat terbaik tuk menyaksikan kisahmu.. Tapi, Tuan.. penonton bukan berarti tak punya peran, bukan?

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Tentang Matahari

Ketika senja datang, Matahari beranjak pergi Atau malah bumilah yang meninggalkan matahari? Bumi dan matahari mungkin ingin selalu bersama Tapi keduanya tak bisa mendustai semesta .....pun seperti kita Aku yang pergi atau kau yang meninggalkan? Tak ada beda bila kita sama-sama luka ....tapi sesering apapun matahari pergi, meninggalkan bumi dalam gelap, ia tetap kembali lewat pagi yang memberi sejuta harap Pendopo, Juli 2015