Langsung ke konten utama

Tentang Matahari

Ketika senja datang,
Matahari beranjak pergi
Atau malah bumilah yang meninggalkan matahari?
Bumi dan matahari mungkin ingin selalu bersama
Tapi keduanya tak bisa mendustai semesta

.....pun seperti kita
Aku yang pergi atau kau yang meninggalkan?
Tak ada beda bila kita sama-sama luka

....tapi sesering apapun matahari pergi, meninggalkan bumi dalam gelap, ia tetap kembali lewat pagi yang memberi sejuta harap

Pendopo, Juli 2015

Komentar

Unknown mengatakan…
Pergi tapi untuk kembali itu keren dek deb...
Deby Theresia mengatakan…
Tapi banyak yang pergi lalu lupa kembali, Un :"
Anonim mengatakan…
Uhuk... pergi lalu kembali? Haha... Kadang, iya nggak kak?
Deby Theresia mengatakan…
Iya Jun, kadang.. kadang juga ada yg lupa jalan kembali :3
sayfurrahman mengatakan…
Tapi ada juga yang tak pergi, juga tak kembali *gak nyambung
Deby Theresia mengatakan…
Diem di tempat gitu, hel? Wkwkw
Meitra Sandi mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Meitra Sandi mengatakan…
Tulisanya bagus, punya arti mendalam, hehee,,
Deby Theresia mengatakan…
Terimakasih ya sudah membaca :)

Postingan populer dari blog ini

Mula Sebuah Kisah

15 Juni 2016, Aku menatap layar ponselku, satu komentar baru tersemat di sebuah postingan lamaku yang berjudul Puisi Tak Bertuan.  "Happy birthday. Mungkin hari ini membuatmu bahagia, mungkin juga tidak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan semoga sisa umurmu lebih bermanfaat dan barokah"  Aku terdiam sejenak, dia menjejak lagi di laman komentar blog pribadiku masih dengan identitas yang disembunyikan, anonim. Seperti tak mengenal lelah akan abainya sikapku, ia mencoba berbagai cara hanya agar pesannya berbalas. Baiklah. Namun  harus kuakui dialah satu-satunya orang yang mendoakanku tepat di hari itu, selain kedua orang tuaku. Maka demi menghargai niat baiknya, kuucap terimakasih dan kubalas ia dengan doa yang sama. Semoga kebahagiaan selalu menyertai sepanjang hidupmu .  15 Juni 2018,  Hari itu bertepatan dengan 1 Syawal penanggalan kalender hijiriah di tahun 1439. Beberapa hari terakhir aku berteman dengan kesakitan bernama pening, sepagi itu aku terb

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan