Langsung ke konten utama

Tulisan Untuk Sebuah Kedatangan #1

Kalau nanti, seseorang datang dengan maksud terbaik, untuk mengajakmu berumah tangga *uhukk* , jangan pernah tanyakan tentang masa lalunya.

Dia mungkin saja pernah memperjuangkan orang lain sebelummu, pernah terluka oleh kisah lalu sebelum menemuimu, pernah patah berkali-kali oleh kesempatan yang ia upayakan namun tak juga ia dapatkan.

Kamu jangan takut, jangan merasa bahwa kamu adalah pelarian dari mimpi-mimpinya yang tak sampai.

Sebab, kesakitan dan patah hatinya di masa lalu adalah bukti bahwa ia seorang yang tangguh, mampu bangkit dari kubangan luka. Hargai. Sebab, perjuangannya untuk orang lain sebelummu tak akan ada apa-apanya dibandingkan perjuangannya untukmu di masa depan kalian nanti.

Tugasmu adalah menyambut kehadirannya dengan tangan terbuka, peluk mimpi-mimpinya yang sempat patah. Karena bersamamu, mimpi itu mungkin akan menjadi lebih bersinar.

Sebersinar jidat sayaaah kalo kena sinar lampu 😊🌞

Eh tulisan ini buat daku sendiri lah cocoknya ya, yang kalo ada Mas Mas yang lagi coba deket deket, kadang mikir, Mas nya dulu gini ga ya sama cewe lain? Wkwk
Oh wanitaaaa~

Komentar

Anonim mengatakan…
namanya cewek pasti kadang mikir begitu ya mbak. Kirain mau curhat panjang lebar mbak wqwqwq
Unknown mengatakan…
Oh cewek itu gitu to..

Postingan populer dari blog ini

Mula Sebuah Kisah

15 Juni 2016, Aku menatap layar ponselku, satu komentar baru tersemat di sebuah postingan lamaku yang berjudul Puisi Tak Bertuan.  "Happy birthday. Mungkin hari ini membuatmu bahagia, mungkin juga tidak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan semoga sisa umurmu lebih bermanfaat dan barokah"  Aku terdiam sejenak, dia menjejak lagi di laman komentar blog pribadiku masih dengan identitas yang disembunyikan, anonim. Seperti tak mengenal lelah akan abainya sikapku, ia mencoba berbagai cara hanya agar pesannya berbalas. Baiklah. Namun  harus kuakui dialah satu-satunya orang yang mendoakanku tepat di hari itu, selain kedua orang tuaku. Maka demi menghargai niat baiknya, kuucap terimakasih dan kubalas ia dengan doa yang sama. Semoga kebahagiaan selalu menyertai sepanjang hidupmu .  15 Juni 2018,  Hari itu bertepatan dengan 1 Syawal penanggalan kalender hijiriah di tahun 1439. Beberapa hari terakhir aku berteman dengan kesakitan bernama pening, sepagi itu aku terb

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan