Langsung ke konten utama

Menuju ST (1)

Selesai Ujian. Tadinya postingan ini mau aku kasih judul itu. Tapi ga jadi lah, kok rasanya yang terbayang setelah ujian tuh malah banyak yang ga enaknya. Revisi misalnya, atau kamar yang berantakan dan cucian yang numpuk. Wk maklum lah ya, diriku hanya seorang anak kos yang lemah, belum bisa multitasking. Duh belum cocok jadi calon istri nih. Duh. 

Eh, udah di penghujung Nopember ya? Wah, ga terasa waktuku di Surabaya tinggal hitungan bulan :) . Coba lihat, hari ini baru saja aku dan teman-teman menyelesaikan ujian poster paper. Fiuh, katanya anak Tekim ITS sih ini sudah 3/4 jalan menuju ST. Hehehe tinggal 1/4 lagi dong. Yaw semangat yaw beb!

Eh, padahal ya.. Aku tuh mau cerita tentang mata kuliah gila; Tugas Desain Pabrik Kimia. Sebenernya ini mata kuliah semester lalu, semester 7. Tapi, sejak sidang/ujiannya selesai, ga jadi-jadi aku ceritakan di sini wkwkw. 

Yawdahlahyaaa, sekarang aja aku ceritain. Jadi, Tugas DPK ini merupakan salah satu syarat kelulusan di Tekkim ITS. Ini bukan skripsi, tapi ini tugas besar, 4 sks taruhannya. Kenapa aku sebut gila? Karena tugas ini memang hampir membuatku gila. Selama satu semester, di dua bulan terakhir menjelang sidang, eh ga ding, sekitar seminggu terakhir menjelang sidang wkwkwk. Aku dan Jojo bener-bener berjuang, kerja keras, kerja cerdas, jungkir balik, malang melintang. Wk lebaynya. 

Di seminggu terakhir menjelang sidang, aku makan bisa sekali dalam sehari, makan pagi jam 1 siang, makan siang jam 8 malam, eh gimana sih? Yha gitulah. Bahkan pernah suatu ketika perutku perih melilit, terus aku nanya dalam hati "hari ini aku udah makan belum ya?" sedih nian. Pernah suatu hari, hari di mana kami harus mengumpulkan draft laporan pabrik untuk diujikan, itu sudah ditambah dua hari dari hari seharusnya draft dikumpulkan. Sudah pukul 01.00 kalau tidak salah, tapi yang harus dikerjakan masih banyak. Banyak sekali. Akhirnya aku ijin sebentar ke Jojo. Aku telpon mama, tapi nampaknya sudah tidur, lalu aku telpon papa, terus diangkat. Terus aku ga ngomong apa-apa, cuma nangis sesegukan, di sela-sela sesegukan aku bilang ke papa, "capek pah" . Barulah kalimat-kalimat hangat papa memeluk hatiku yang sedang pilu. derita anak rantau. 

Sampai hari di mana batas terakhir kami harus mengumpulkan draft pabrik, aku dan Jojo pulang dari kampus jam 03.00 pagi, mampir ke Gebang untuk fotokopi di wonosobo eh apa tuh tempat fotokopian yang paling murah di Gebang haha. 

Hmmzz mungkin orang-orang yang dengar ceritaku akan komentar seperti ini "ko sampe segitunya sih?" "kan tugasnya satu semester ko ga kelar-kelar?"

Well, hi, perkenalkan, kami ini mahasiswi LJ yang masih memikul banyak beban sks di semester akhir. Coba bayangkan bagaimana membagi waktu mengerjakan tugas sinpro dan DPK dalam waktu bersamaan? Kalau jadi aku juga pasti kalian prioritaskan yang akan dikumpul duluan kan? Nah jadi itulah yang terjadi selama satu semester. Kami atau khususnya aku ga bisa fokus mengerjakan tugas DPK. Baru setelah semua uas mata kuliah lain selesai, kami garap tugas DPK ini habis-habisan. 

Tapi Alhamdulillahnya mama dan papa 'mendampingi' aku mengerjakan tugas berat ini, mereka ga pernah lupa untuk sekedar memberi semangat setiap harinya. Aku juga yakin namaku tak pernah lupa di setiap sujud mereka. Alhamdulillahnya, ketika aku lelah dan butuh telinga untuk mendengar tangisanku, mereka selalu siap tanpa banyak tanya yang bisa bikin bad mood.

Alhamdulillahnya lagi, aku punya Jojo. Partner yang sabar dan super tenang. Dia orangnya kebalikan dari aku yang panikan dan gampang mewek. Dia tegar, setertekan apapun dia. Dia selalu bilang "gpp, bisa kok Debs". Kadang tuh, aku udah uring-uringan, kecapekan, dan cemberut ga semangat ngapa-ngapain. Dia tetep berusaha seger dan tegar. Salut dah, Allah tuh bener-bener penuh perhitungan ya, memilihkan partner penelitian aja yang bisa mengimbangi aku, apalagi memilihkan partner hidupku nanti. Yak baper haha.

Nah selama ngerjain tugas pabrik kemarin, aku bisa kelihatan hepi kayaknya ketularan Jojo deh. Dia kalau ditanyain sama temen-temen yang lain "gimana pabrik kalian?" jawabnya ga akan keluar keluhan, pasti yang ceria-ceria sambil becandaan. Sampai-sampai temen-temen lain berasumsi kalau pabrik kami tuh gampang, ada nih yang bilang gini "kalian enak ya, pabriknya banyak bacemannya" . Huf, aku sempet sebel tuh, padahal pabrik sorbitol dari tebu itu baru kami yang buat. Iya, pabrik pesanan pembimbing, yang rasanya semua isinya itu penuh asumsi dan 'kayaknya-kayaknya'.

Sekali lagi, meskipun berat, tugas DPK kemarin rasanya ada banyak sekali kemudahan dari Allah. Bahkan di ujung-ujung puncak perjuangan, Allah kasih hadiah dengan penguji yang menyenangkan hati. Wheheh. Lagi-lagi temen-temen ada yang komentar gini "kalian enak, pengujinya malaikat semua. Cuma bapak X aja yang agak sangar" tuh kan, selalu ada yang bisa disyukuri di situasi buruk sekalipun. Wk. Yha alhamdulillah bgt lah penguji pabrik kemarin enak-enak dosennya, bahkan bapak yang paling sangar, yang buat aku gelisah berhari-hari, pas hari H dia jadi yang paling manis, sepanjang mengajukan pertanyaan dengan senyum, ga ngata-ngatain kek biasa di kelas. Wk. Efek di shalawatin nih. Thx to ust YM buat ilmu shalawatnya huahahah.

Huah, terharu. Akhirnya ini berakhir. Pabrik berakhir. Benar-benar berakhir. Bahkan revisinya sudah selesai. Bahkan sudah dijilid dua rangkap, satu untuk lab perdalpro satunya lagi untuk ruang baca jurusan. 

Hmz tapi bagian terbaik dari tugas DPK adalah dia menahanku di Surabaya selama bulan Ramadhan. Awalnya sedih, sedih bgt. Sahur dan buka puasa tanpa mama itu artinya sahur dan buka puasa tanpa makanan enak :(

Tapi kenapa aku senang? Karena di sini aku ga sendiri. Ada bubuhan Samarinda, mereka yang nemenin sahur, masak buat buka puasa, buka puasa bareng dan tarawih bareng di Manarul. Indah lho, indah bgt ramadhan tahun ini. Walaupun kadang pas lagi shalat tuh ada rasa-rasa pilu di hati, karena tiap hari bertukar foto menu buka puasa sama mama dan papa. Bukan sedih karena menu di rumah lebih enak, t
api sedih karena ga bisa makan satu meja dengan mereka.

Wah, tadinya di postingan ini aku mau cerita tentang ujian poster paper. Kok jadi kepanjangan nyeritain pabrik ya? Haha 
Yawdah, di sambung ke lembar selanjutnya yes?

Hmz biar ada kesimpulannya, aku kasih quote dikit lah di ujung tulisan ini. 

Akan selalu ada hal yang bisa disyukuri dari hal yang menyakitkan sekalipun. Biar lelah asal Lillah~

Surabaya, penghujung tahun 2016

Nih bonus pfd pabrik sorbitol dari tebu

Tuh aja ya yang masih nempel di dinding kamar, laporannya di lab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mula Sebuah Kisah

15 Juni 2016, Aku menatap layar ponselku, satu komentar baru tersemat di sebuah postingan lamaku yang berjudul Puisi Tak Bertuan.  "Happy birthday. Mungkin hari ini membuatmu bahagia, mungkin juga tidak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan semoga sisa umurmu lebih bermanfaat dan barokah"  Aku terdiam sejenak, dia menjejak lagi di laman komentar blog pribadiku masih dengan identitas yang disembunyikan, anonim. Seperti tak mengenal lelah akan abainya sikapku, ia mencoba berbagai cara hanya agar pesannya berbalas. Baiklah. Namun  harus kuakui dialah satu-satunya orang yang mendoakanku tepat di hari itu, selain kedua orang tuaku. Maka demi menghargai niat baiknya, kuucap terimakasih dan kubalas ia dengan doa yang sama. Semoga kebahagiaan selalu menyertai sepanjang hidupmu .  15 Juni 2018,  Hari itu bertepatan dengan 1 Syawal penanggalan kalender hijiriah di tahun 1439. Beberapa hari terakhir aku berteman dengan kesakitan bernama pening, sepagi itu aku terb

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan