Langsung ke konten utama

Random Post

Aku selalu suka dengan kata-kata Bu Wanti kalau lagi ngasih materi. Agak menyesal juga sejak kenal beliau hampir dua tahun aku tak pernah catat kata-kata -spontan- mutiara yang keluar dari mulutnya, harusnya tuh aku sediakan satu buku kecil ya, judulnya 'Bu Wanti's quote' . Nah, maafkanlah kebiasaan Deby yang kalau nulis, pasti keluar-keluar dari topik/judul. Anggap sajalah ini mukadimah ya, semacam kata pengantar gitu.

Jadi bu Wanti pernah bilang begini "Istirahat itu tidak harus tidur, istirahat bisa juga berpindah dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain."  Jadi, maksudnya bu Wanti, kalau kita lelah dengan sesuatu yang sedang kita kerjakan, istirahatlah! Tapi tetap produktif. Caranya? dengan beralih ke pekerjaan yang lain. 

Sejujurnya, meskipun aku bilang selalu terkesan dengan kalimat-kalimat Bu Wanti, hanya satu itu yang nyantol banget di otak ehehehe. 

Dan huff, harus banget ada huff-nya biar kelihatan lelah saat ini aku sedang berada di puncak lelah dengan semua pikiran yang kusut semerawut lebih runyam dari benang kusut. maaf sengaja lebay . Tak perlulah ya aku bilang-bilang di sini lelahnya kenapa. Eh tapi aku kasih tau satu aja nih, qu sedanag lelah dengan skripsweet yang tak juga pasti. Sudah memasuki akhir Oktober tapi start pun belum Qu harus apah? ngga usah di jawab, ini selftalk -_-

Nah jadi begitu, dua bulan ini, kerjaku hanya bolak balik baca jurnal-novel-jurnal-novel-novel-novel. Tuh kan banyakan baca novelnya :'( . Seseorang, tolong lenyapkan dulu novel-novelku iniiii. 

Kadang aku capek juga, bolak-balik gramedia untuk berburu novel. Nah di suatu siang di bulan Oktober, iseng-isenglah aku bongkar koperku, dan kutemukan seperangkat alat merajut. Alat merajut, bukan alat shalat. hhaaa. Terus, agak lama kupandang-pandangi hakpen dan benang wol warna pink pudar itu. Mau aku apakan ini ya? Teringat dulu, masa-masa belajar merajut, semangat sekali aku bikin taplak meja buat mama, bikin topi bayi, buat bayinya siapa? Tapi, semua itu tak ada yang selesai wkwkw. Kalau bosan dengan taplak meja, aku coba buat topi bayi, bosan dengan topi bayi, aku tinggalkan rajutan-rajutan itu, aku simpan di laci, di koper. Yak dan tulisan ini semakin panjang semakin curhat sampai ke bawah-bawah -_-

Tadi aku mau nulis ini sebenrnya. Yang di atas abaikan saja.

Kalau aku pikir-pikir, merajut itu adalah bentuk lain dari meditasi, media untuk mengistirahatkan pikiran yang lelah, media belajar juga, untuk merenungi nilai-nilai kehidupan, ini serius. Coba bayangkan, merajut, menyulam, menjahit atau sejenisnya yang menggunakan benang-benangan dan jarum-jaruman itu memerlukan tingkat kesabaran dan konsentrasi yang tinggi. Korelasinya dengan nilai-nilai kehidupan apa? 

Pertama, untuk bisa merajut kita harus paham teknik-tekniknya kan? Dalam menjahit misalnya ada jenis tusuk silang, tusuk jelujur, tusuk rantai, dalam crocheting misalnya ada istilah single crochet, double crochet, half double crochet, sk, atau dalam knitting ada istilah cast on, knit, bind off dan masih banyak lagi. Nah bagaimana kita bisa paham dengan istilah-istilah itu? Dengan membaca. Karena semua sudah ada panduannya. Banyak, dari mana saja kita bisa belajar. Kalau aku sendiri, belajarnya dari buku dan dari google eheee. Lalu hubungannya dengan kehidupan? Sama, untuk bisa memahami kehidupan ini, bagaimana harusnya bersikap, berprilaku, kita juga wajib membaca dan memahami dulu buku panduan hidup, yaitu Al-qur'an. Right or right? Setuju ya ya :D 

Selanjutnya, yang bisa kita pelajari dari merajut adalah 'sabar' . Ilmu sabar ini sebenarnya ilmu tingkat tinggi yang belajarnya seumur hidup, ujiannya setiap saat. Dalam merajut, kalau tidak sabar, gagal lho meditasinya, bukannya istirahatkan pikiran, malah menambah beban pikiran. Dalam merajut ada banyak sekali kemungkinan yang bisa merusak mood, misalnya benangnya keserimpet (apa deh bahasa bakunya), atau benangnya putus (ini jarang terjadi sesungguhnya, benang wol kan tebal yak). Kalau tidak sabar, ya begitu tadi jadinya malah bete-bete-an, ujung-ujungnya gagal merajut, benang rajutnya disimpan di koper. Eh itu aku deng :D . 

Sama saja dengan kehidupan kita, akan ada banyak sekali kejadian di sepanjang hari yang mungkin merusak mood, kalau kita tidak sabar, ujung-ujungnya mengeluh, dengan mengeluh dan 'menyimpan' masalah, kita tidak akan mendapat apa-apa. Coba kalau kita sedikit bersabar, sambil intropeksi diri, pelan-pelan mengeja hikmah yang ingin Tuhan sampaikan ke kita lewat cobaan itu. Kan berpahala. Iya ndak?

Hmmm, apa lagi ya pelajaran selanjutnya... *pura-pura mikir*

Nah ini satu lagi, dari merajut aku paham bahwa keteraturan pola akan mengantarkan kita menuju hasil yang kita harapkan. Catet tuh, Deby's quote. wkwkwkw 
Kenapa keteraturan pola? Karena aku belajar merajut masih menggunakan textbook, maklum ya masih amatiran. Aku mengikuti step by step yang tertulis di buku, atau kalau lagi belajar dari youtube, aku ikuti langkah yang dijelaskan Mbak yang ada di youtube. Karena kalau kuganti sedikit saja polanya, hasilnya tidak sama. Misal nih, di buku tertulis 'buat 6 ch, sc pada lingkar pertama' itu tutorial untuk membuat circle basic, kalau sc-nya aku buat di lingkar ketiga, ya ndak jadi dong lingkaran yang di maksud buku itu. 

Sama sih seperti hidup kita, untuk mencapai tujuan yang baik kita harus punya pola hidup yang baik, punya habit yang baik. Intinya, kamu mendapat apa yang kamu usahakan. Ada tuh Allah bilang di Al-qur'an, walaupun beda konteksnya, tapi maknanya insyAllah tidak jauh beda.

Terakhir nih, kalau menurutku merajut itu butuh konsentrasi dan fokus yang tinggi. Tapi makin ke sini kok aku bisa ya knitting sambil melihat video Kirana? *ceritanya mau sombong* . Ngga deng, multitasking itu susah hehehe. Kalau lagi knitting memang bisa sambil mengerjakan pekerjaan lain, masih bisa dibagi konsentrasinya dengan berzikir misalnya. Tapi kalau crocheting, ampun-ampun deh, boro-boro mau sambil nonton video Kirana, sambil mikirin kamu aja ndak bisa. Eaaa. 
Jadi tuh, untuk mencapai tujuan hidup, kita harus fokus dan abai terhadap gangguan di sekeliling kita. Jangan sampai disturbance itu mengacaukan proses. Weee anak teknik banget ya bahasanya :D

Nah, entahah ini tulisan ada hikmahnya atau tidak. Berhubung lagi capek merajut jadi nulis sajalah. Kalau bahasa, susunan kata dan penulisannya kacau. Kalian tahu kenapa kan, aku lagi jauh dari buku bacaan :))))) Hahahah . Ambil yang baik, yang buruk jangan.
.
.
.
.
.
.
Eh, jadi kamu siap merajut hari-hari indah bersamaku? *ngegombalin tembok*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mula Sebuah Kisah

15 Juni 2016, Aku menatap layar ponselku, satu komentar baru tersemat di sebuah postingan lamaku yang berjudul Puisi Tak Bertuan.  "Happy birthday. Mungkin hari ini membuatmu bahagia, mungkin juga tidak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan semoga sisa umurmu lebih bermanfaat dan barokah"  Aku terdiam sejenak, dia menjejak lagi di laman komentar blog pribadiku masih dengan identitas yang disembunyikan, anonim. Seperti tak mengenal lelah akan abainya sikapku, ia mencoba berbagai cara hanya agar pesannya berbalas. Baiklah. Namun  harus kuakui dialah satu-satunya orang yang mendoakanku tepat di hari itu, selain kedua orang tuaku. Maka demi menghargai niat baiknya, kuucap terimakasih dan kubalas ia dengan doa yang sama. Semoga kebahagiaan selalu menyertai sepanjang hidupmu .  15 Juni 2018,  Hari itu bertepatan dengan 1 Syawal penanggalan kalender hijiriah di tahun 1439. Beberapa hari terakhir aku berteman dengan kesakitan bernama pening, sepagi itu aku terb

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan