Langsung ke konten utama

Ayo Bermimpi

Hai :)

Akhirnya aku nulis lagi, setelah sekian lama kehilangan inspirasi. Ehehe, sebenarnya ini juga dipaksakan menulis, karena ada pepatah bilang 'if you wait for an inspiration, you are not writer, you are a waiter' . 

Nah, dipostingan kali ini aku mau sedikit cerita tentang 'dream list' . Kalian sudah tahu kan? dream list itu daftar mimpi, literally :D . Haha iya artinya begitu kalau diartikan di google translate :v
Jadi gini ceritanya...
Pertama kali kenalan dengan dream list ini ketika usiaku 17 tahun, waktu itu aku masih mahasiswa semester 1 di Politeknik Negeri Sriwijaya --yak ini bagian ter-gak penting-- . Jadi waktu itu aku ikut pelatihan dari I3 (Read : I tiga atau Institut Integritas Indonesia) dengan rangkaian acara yang panjaaaang sekali. kurang lebih dua atau tiga atau empat hari ya.... (aku lupa) bahkan di pelatihan itu aku ngapain aja juga aku lupa -_- . Intinya aja ya, di sana mahasiswa/i dibuka wawasannya untuk mengambil peran sebagai mahasiswa/i yang sesungguhnya. Bukan sekedar jadi mahasiwa kupu-kupu alias kuliah-pulang-kuliah-pulang. Diajarkan untuk peka dan peduli dengan lingkungan sekitar. 

Nah di pelatihan itu juga, kami dididik untuk jadi manusia yang visioner --duh bahasanya berat-- Iya, jadi begitu. Dari pelatihan itu aku pribadi dapet banyak 'oleh-oleh' yang insyaAllah bermanfaat sampai sekarang dan nanti-nanti hehe. Ada banyak sebenernya kerta-kertas, tapi yang aku ingat hanya dua, yaitu peta hidup dan daftar mimpi. Peta hidup itu isinya berupa peta dunia dengan warna hitam putih, di bawahnya ada beberapa simbol mulai dari lingkaran, kotak, segitga. Nah tiap simbol itu ada maknanya, misal simbol lingkaran perintahnya gini : beri tanda lingkaran negara/kota mana yang pernah kamu kunjungi. Simbol kotak perintahnya : beri tanda kotak di negara/kota mana kamu akan tinggal nanti. Simbol segitga : beri tanda segitiga negara/kota mana yang akan kamu kunjungi dalam lima tahun ke depan. Begitulah kira-kira, untuk simbolnya aku tidak ingat pasti, kan lupa. Sayangnya tumpukan kertas itu ada di rumahku saat ini, kalau ada di sini bisa kufoto biar kalian lihat :D . Nah kertas kedua yang kuingat yaitu daftar mimpi. Kertasnya sederhana, berwarna biru dengan judul di baris paling atas 'Rencana Hidupku Lima Tahun dari Sekarang' (Kurang lebih begitulah judulnya :v)

Dari sana aku belajar untuk yakin, bahwa dunia ini milik Allah. Segala yang terjadi di dalamnya juga atas kehendak Allah. Semuamuaa kehidupan ini milik Allah. Jadi tak ada yang tak mungkin kan di tangan Allah?

Dulu sih pertama-tama nulis mimpi-mimpi di kertas itu seperti mengolok-olok diri sendiri. Kadang nulisnya sambil ketawa-ketawa juga, karena mimpinya terlihat terlalu tinggi dan impossible. Tapi ya, namanya juga mimpi, harus besar, kalau tidak besar nanti kita anggap sepeleh, berakhir dengan ketidak seriusan kita untuk mewujudkannya.

Aku ingat beberapa mimpi ketika umurku 17 tahun yang sudah aku coret waktu itu : ikut jalan-jalan keluar kota bareng anak BKKMTKI, padahal pengurus bukan tapi pengen ikut jalan-jalan. Cemana lah Deby ini. Tapi itu terwujud kok, beberapa kali malah ikut jalan bareng anak BKK waktu musda dan munas di Palembang kalo ingatanku bener. Terus sempet ke Lampung juga tapi ini internal sih sebenernya. Ya tapi terwujud kaaan? *maksaaa*

Terus mimpi kedua, yang aku nulisnya sendiri aja sambil becanda; bisa mendaki gunung di Jawa. Ppffft. Pada saat itu, belum ada terfikir sedikit pun untuk lanjut kuliah di Jawa. Setelah nulis mimpi itu aku mikir. 'Gimana caranya ya bisa ke Jawa buat mendaki? Di sini aja mau ikut mapala buat panjat dinding ga dibolehin sama Ibu' . Tapi ya namanya juga kita hidup di bumi Allah, logika Allah yang bekerja. Logika Deby mah ngga nyampe mikir yang jauh-jauh. Dan sekarang di sinilah aku. Di sebuah kota di Jawa Timur, yang setiap harinya adalah musim panas; Surabaya. Dari sini banyak petualangan di mulai. Gunung-gunungan atau mungkin bagi orang lain lebih pantas disebut bukit yang sudah pernah adu datangi adalah Ijen dan B29. Seneng? Banget. Walaupun bukan gunung keren yang sesungguhnya, tapi lumayan bikin capek. Dan aku merasa keren huahaha.

Kemudian apa lagi ya?
Oh iya.. di tahun 2014 akhir aku juga menata ulang daftar mimpiku. Ada lebih dari 20 mimpi yang kutulis dengan detail di selembar kertas. Di nomor satu aku menulis : 'melanjutkan kuliah di ITS' . (Mimpi ini yakin aku tulis setelah melewati masa percobaan dari Ayahku untuk mencari kerja selama 4 bulan. Mendekati Januari 2015 tidak ada tanda-tanda lamaran kerjaku diterima. Hiks)
di nomor urut kedua, aku menulis 'menerbitkan novel di Surabaya' nomor urut ketiga apa ya? Lupa.. tapi berkaitan dengan peduli jilbab. Yang pasti, dua dari banyak mimpiku sudah tercoret.

Bahkan sekarang aku menata mimpi-mimpi baru di tempat yang lebih rapi. Di sebuah buku kecil yang aku bawa ke mana-mana. Biar inget gitu, biar berdoanya juga ringkas 'ya Allah jika mimpi-mimpi yang kutulis di buku biru itu baik untukku dan agamaku, kabulkanlah' eheheh *tidak untuk ditiru*

Bagiku pribadi, daftar mimpi adalah sesuatu yang sangat membantu. Sebagai self reminder setiap harinya. Karena ketika aku bangun di pagi hari tanpa mimpi yang berusaha aku wujudkan, rasanya hampa. *ceileh pencitraan*
Tapi ini serius, dengan adanya target pribadi yang hendak kita capai, kita lebih mudah mengotrol langkah kita. Karena hati manusia cepat berubahnya, maka perlu navigasi untuk menuntun langkah kita agar tetap di koridor yang benar.

Daftar mimpi untukku juga sebagian dari iman. Iya rukun iman ke 6; percaya pada qada dan qadar. Karena kita hanya bisa berencana dan berupaya, yang menentukan hasilnya ya tetep Allah. Jadi boleh terus berjuang mewujudkan mimpi yang kita mau, tapi jangan lupa minta restu sama Allah, karena yang tahu itu baik atau ngga buat kita kan hanya Allah.

Jadi, sudah berani bermimpi hari ini? Sudah berani mewujudkannya? Sudah siap menerima setiap ketentuan Allah? Ayo bangun kalau begitu! :D

Surabaya, musim panas 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mula Sebuah Kisah

15 Juni 2016, Aku menatap layar ponselku, satu komentar baru tersemat di sebuah postingan lamaku yang berjudul Puisi Tak Bertuan.  "Happy birthday. Mungkin hari ini membuatmu bahagia, mungkin juga tidak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan semoga sisa umurmu lebih bermanfaat dan barokah"  Aku terdiam sejenak, dia menjejak lagi di laman komentar blog pribadiku masih dengan identitas yang disembunyikan, anonim. Seperti tak mengenal lelah akan abainya sikapku, ia mencoba berbagai cara hanya agar pesannya berbalas. Baiklah. Namun  harus kuakui dialah satu-satunya orang yang mendoakanku tepat di hari itu, selain kedua orang tuaku. Maka demi menghargai niat baiknya, kuucap terimakasih dan kubalas ia dengan doa yang sama. Semoga kebahagiaan selalu menyertai sepanjang hidupmu .  15 Juni 2018,  Hari itu bertepatan dengan 1 Syawal penanggalan kalender hijiriah di tahun 1439. Beberapa hari terakhir aku berteman dengan kesakitan bernama pening, sepagi itu aku terb

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan