Sepagi ini gravitasi kasur terus menahan tubuhku untuk tak beranjak dari tempat semestinya. Sepagi ini aku ingin memaki kantuk yang memeluk erat kelopak mataku, hingga menggenggam cangkirpun tanganku tak mampu. Aku ber fuuuh pelan ketika genangan air yang mengisi cangkir kini berpindah ke lantai.
Sepagi ini debaran sisa dari buah bincang kita tadi malam masih terasa. Kecamuk rasa yang entah pantas disebut apa, aku tak bisa terlalu lama berpura-pura menyembunyikan, pun kimia dalam tubuhku terus bereaksi menghasilkan aksi tak lazim pada detak jantung.
Sepagi ini aku masih belum bisa pulih atas sakit yang kubuat sendiri. apa yang lebih buruk daripada jatuh cinta pada orang yang masih jatuh cinta dan tertawan pada masa lalunya?
“aku cemburu pada hantu dari masa lalumu, yang ke-tiada-an nya menjadi rindu, yang bayangnya seolah nyata di retina matamu, yang ke-tiada-an nya terus kau sesali.” Kataku dalam hati
Sepagi ini... Tuhan, aku memohon bisa mengganti memori di otakku. Agar kenangan jumpa pertama dulu hingga detik ini dapat kubungkus dan kubuang jauh-jauh.
Aku iri pada bumi, yang ribuan tahun berputar pada poros yang sama, mengitari matahari yang sama, meskipun perputarannya itu tak se inchi pun membawanya dekat pada sang kekasih. Setidaknya Tuhan, bila tak bisa kuhapus rasa ini, bisakah Kau buat aku setegar bumi?
Sepagi ini aku belum bisa jatuh cinta pada pagi, seperti pagi-pagi sebelumnya. karena pagi ini akan berbeda, sebab matahariku telah pergi. Ia meninggalkan bumi dalam gelap. Sepagi ini, pagiku terasa gelap...
bukan #fiksibukanfiksi
ini #fiksiyangmemangfiksi
Sepagi ini debaran sisa dari buah bincang kita tadi malam masih terasa. Kecamuk rasa yang entah pantas disebut apa, aku tak bisa terlalu lama berpura-pura menyembunyikan, pun kimia dalam tubuhku terus bereaksi menghasilkan aksi tak lazim pada detak jantung.
Sepagi ini aku masih belum bisa pulih atas sakit yang kubuat sendiri. apa yang lebih buruk daripada jatuh cinta pada orang yang masih jatuh cinta dan tertawan pada masa lalunya?
“aku cemburu pada hantu dari masa lalumu, yang ke-tiada-an nya menjadi rindu, yang bayangnya seolah nyata di retina matamu, yang ke-tiada-an nya terus kau sesali.” Kataku dalam hati
Sepagi ini... Tuhan, aku memohon bisa mengganti memori di otakku. Agar kenangan jumpa pertama dulu hingga detik ini dapat kubungkus dan kubuang jauh-jauh.
Aku iri pada bumi, yang ribuan tahun berputar pada poros yang sama, mengitari matahari yang sama, meskipun perputarannya itu tak se inchi pun membawanya dekat pada sang kekasih. Setidaknya Tuhan, bila tak bisa kuhapus rasa ini, bisakah Kau buat aku setegar bumi?
Sepagi ini aku belum bisa jatuh cinta pada pagi, seperti pagi-pagi sebelumnya. karena pagi ini akan berbeda, sebab matahariku telah pergi. Ia meninggalkan bumi dalam gelap. Sepagi ini, pagiku terasa gelap...
bukan #fiksibukanfiksi
ini #fiksiyangmemangfiksi
Komentar