Tak ada cinta yang tak diuji.
Bicara tentang cinta, aku atau kamu pasti punya definisi masing-masing. Tapi kita mungkin sepakat bahwa cinta akan meminta semuanya dari diri kita. Waktu, pikiran, perhatian dan semuanya.
kita mungkin mengalami keletihan dalam perjalanan kita mencintai sesuatu atau mencintai seseorang?
Ditengah keletihan, kepayahan dan kesusahan kita mencintai sesuatu atau seseorang, muncul hal lain atau bahkan orang lain yang rasanya lebih mudah untuk kita cintai.
coba bayangkan bila kita benar-benar berada di posisi itu, mana yang akan kita pilih? bertahan dengan segala keletihan atau memilih jalan cinta yang lebih mudah?
Mas Gun pernah bilang, bahwa ujian terberat adalah ujian kesempatan.
ketika kita diberi kesempatan untuk mencintai sesuatu yang jauh lebih mudah, mungkin itu bagian dari ujian, untuk melihat seberapa kuat cinta yang kita punya.
Saat kita mulai berpikir untuk memilih mengambil kesempatan baru yang rasanya terlihat lebih mudah, coba pikir lagi, dulu... dulu sekali, sebelum kita memutuskan untuk mencintai sesuatu, kita mungkin berpikir bahwa kita akan sanggup menjalaninya. Coba pikirkan juga, bagaimana jika-seandainya-bila nanti di tengah perjalanan baru kita, kesulitan kembali menyergap langkah kita, dan kesempatan baru datang lagi, apakah kita akan memilih kesempatan baru (lagi) ?
Coba pikirkan, akan sampai kapan kita terus lari dan mengejar segala bentuk 'kemudahan' semu yang kadarnya selalu berubah dari waktu ke waktu? Kapan kita bisa benar-benar memahami bahwa tak ada cinta yang tak diuji?
Percayalah, waktu tak sekejam itu menyiksa kita dalam ketidakberdayaan. Waktu tak akan melulu mengurung kita dalam keterpurukan. Di tangan Tuhan selalu ada kunci kemudahan. Kita hanya diminta bertanggung jawab menyelesaikan apa yang telah kita mulai.
Dari : Yang masih berusaha bertahan mencintai pernak pernik dunia per-teknik-kimia-andan kamu..
Surabaya, Maret 2016
Bicara tentang cinta, aku atau kamu pasti punya definisi masing-masing. Tapi kita mungkin sepakat bahwa cinta akan meminta semuanya dari diri kita. Waktu, pikiran, perhatian dan semuanya.
kita mungkin mengalami keletihan dalam perjalanan kita mencintai sesuatu atau mencintai seseorang?
Ditengah keletihan, kepayahan dan kesusahan kita mencintai sesuatu atau seseorang, muncul hal lain atau bahkan orang lain yang rasanya lebih mudah untuk kita cintai.
coba bayangkan bila kita benar-benar berada di posisi itu, mana yang akan kita pilih? bertahan dengan segala keletihan atau memilih jalan cinta yang lebih mudah?
Mas Gun pernah bilang, bahwa ujian terberat adalah ujian kesempatan.
ketika kita diberi kesempatan untuk mencintai sesuatu yang jauh lebih mudah, mungkin itu bagian dari ujian, untuk melihat seberapa kuat cinta yang kita punya.
Saat kita mulai berpikir untuk memilih mengambil kesempatan baru yang rasanya terlihat lebih mudah, coba pikir lagi, dulu... dulu sekali, sebelum kita memutuskan untuk mencintai sesuatu, kita mungkin berpikir bahwa kita akan sanggup menjalaninya. Coba pikirkan juga, bagaimana jika-seandainya-bila nanti di tengah perjalanan baru kita, kesulitan kembali menyergap langkah kita, dan kesempatan baru datang lagi, apakah kita akan memilih kesempatan baru (lagi) ?
Coba pikirkan, akan sampai kapan kita terus lari dan mengejar segala bentuk 'kemudahan' semu yang kadarnya selalu berubah dari waktu ke waktu? Kapan kita bisa benar-benar memahami bahwa tak ada cinta yang tak diuji?
Percayalah, waktu tak sekejam itu menyiksa kita dalam ketidakberdayaan. Waktu tak akan melulu mengurung kita dalam keterpurukan. Di tangan Tuhan selalu ada kunci kemudahan. Kita hanya diminta bertanggung jawab menyelesaikan apa yang telah kita mulai.
Dari : Yang masih berusaha bertahan mencintai pernak pernik dunia per-teknik-kimia-an
Surabaya, Maret 2016
Komentar