Langsung ke konten utama

Al-Qur'an Ukiran Terbesar Ada di Palembang

Pernah mendengar tentang ukiran Al-Qur’an terbesar di dunia? Mungkin kalian akan berpikir itu terletak di belahan dunia bagian mana. Tapi hey, tahukah kalian? Sesungguhnya ukiran Al-Qur’an terbesar di dunia terletak di salah satu kota di Indonesia. Palembang, iya, ukiran Al-Qur’an yang terbuat dari kayu kualitas terbaik asal Sumatera ini (Kayu Tembesu) terletak di kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia. Al-Qur’an Al-Akbar, begitu warga sekitar menyebutnya. Merupakan wisata religi di kota pempek ini. Baiklah, akan aku ceritakan sedikit ya tentang mushaf terbesar di dunia ini. 

Berdasarkan sejarah singkat pembuatan Al-Qur’an Al-Akbar yang terpampang di salah satu sisi museum, gagasan pembuatan mushaf raksasa ini tercetus di tahun 2002. Ide yang lahir setelah si penggagas merampungkan pemasangan kaligrafi pintu dan ornamen Masjid Agung Palembang. Nah, dari sana terpikirlah oleh beliau untuk membuat Mushaf Al-Qur’an dengan ornamen dan ukiran khas Palembang.

Untuk proses pembuatan mushaf ini memakan waktu kurang lebih tujuh tahun, yaitu dari 2002-2009. Al-Qur’an Al-Akbar yang berhasil memecahkan rekor dunia sebagai Al-Qur’an ukiran kayu terbesar ini, dikerjakan oleh tangan-tangan terampil pemahat asal Sumsel. Total yang dihabiskan untuk membuat 630 halaman (315 lembar) mushaf ini mencapai 40 kubik kayu tembesu. Masing-masing lembaran mushaf berukuran panjang 177 cm, lebar 140 cm dan tebal 2,5 cm. 

Mushaf ini juga dilengkapi dengan tajwid serta doa khataman Al-Qur’an. Warna mushaf ini sendiri mengikuti kekhasan ukiran Palembang, yaitu cokelat dan huruf Arab timbul berwarna kuning keemasan. Sedangkan di bagian tepi lembarannya terdapat ukiran bunga-bunga, dan setiap juz berbeda ukiran bunganya. Keren ya?!

Oh ya, sebelum diresmikan oleh Bapak SBY dan seluruh delegasi konferensi parlemen OKI (Organisasi Konferensi Islam) pada Januri 2012, Al-Qur’an ini sempat dipajang di ruang pamer Masjid Agung Palembang selama tiga tahun. Tujuannya adalah untuk mendapat koreksi dari seluruh umat muslim yang beribadah di Masjid Agung Palembang. Sekarang mushaf keren ini disimpan di Pesantren Al Ihsaniyah di Gandus, Palembang.

Al-Qur’an ini terdiri dari lima tingkat dan lima lapisan, dilengkapi dengan tangga, jadi para pengunjung dapat melihat lembaran yang berada di bagian atas. Nah, tapi... dari total 30 juz yang telah ada, yang sudah terpajang baru 15 juz saja, Sedangkan 15 juz lainnya masih ditumpuk di lantai tiga dan lantai lima. Karena keterbatasan lahan, maka 15 juz terakhir belum bisa dipajang. Semoga segera ada lahan tambahan ya, sehingga 15 juz lainnya bisa dipajang juga. 

Aaaah pokoknya ini keren! Kalian akan benar-benar takjub ketika melihat langsung kumpulan firman Allah yang diabadikan dalam lembaran kayu ini. 

Oh ya, layaknya di museum, di sini kalian akan disambut ramah oleh para pengurus. Kalian akan dijelaskan secara mendetail mengenai Al-Qur’an ini mulai dari proses pembuatan, jenis kayu, semuanya.. seperti yang aku ceritakan di atas. Jadi kalian tidak hanya datang, melihat, takjub, foto-foto, tapi juga menambah wawasan tentang objek wisata ini. 

Anw, orang-orang dari luar negeri saja sudah berkunjung ke sini. Kamu kapan?

Tampak depan Al-Qur’an Al-Akbar

Salah satu sisi museum, menjelaskan sejarah singkat pembuatan AL-Qur’an Al-Akbar


Sisi lainnya menampilkan piagam rekor dunia


Tulisan ini diikutsertakan dalam bursa tantangan OWOP dari www.saidahumaira.com

Sumber foto : koleksi pribadi~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mula Sebuah Kisah

15 Juni 2016, Aku menatap layar ponselku, satu komentar baru tersemat di sebuah postingan lamaku yang berjudul Puisi Tak Bertuan.  "Happy birthday. Mungkin hari ini membuatmu bahagia, mungkin juga tidak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan semoga sisa umurmu lebih bermanfaat dan barokah"  Aku terdiam sejenak, dia menjejak lagi di laman komentar blog pribadiku masih dengan identitas yang disembunyikan, anonim. Seperti tak mengenal lelah akan abainya sikapku, ia mencoba berbagai cara hanya agar pesannya berbalas. Baiklah. Namun  harus kuakui dialah satu-satunya orang yang mendoakanku tepat di hari itu, selain kedua orang tuaku. Maka demi menghargai niat baiknya, kuucap terimakasih dan kubalas ia dengan doa yang sama. Semoga kebahagiaan selalu menyertai sepanjang hidupmu .  15 Juni 2018,  Hari itu bertepatan dengan 1 Syawal penanggalan kalender hijiriah di tahun 1439. Beberapa hari terakhir aku berteman dengan kesakitan bernama pening, sepagi itu aku terb

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan