Langsung ke konten utama

Pejuang Terang; Tentang PLN (Part I)

Tulisan di bawah, adalah pengalaman pertamaku ikut tes kerja sejak lulus dari D3 maupun S1. Jadi kalau agak norak, maapin yhaaa :'

Jadi gini, Sepanjang usiaku yang menginjak 23 tahun ini, belum pernah terpikirkan olehku untuk kerja di PLN. Kalau sekarang aku bercerita tentang pengalamanku selama tes di PLN, mungkin ini bagian dari skenario yang Allah tulis, untuk kujalani, kemudian kubagikan lewat tulisan di laman ini :D

Baiklah, for the sake of sharing, dan demi janji pada diri sendiri 'kalau aku bisa lolos seleksi sampai tahap wawancara, aku akan bagikan pengalamanku selama tes, di blog-ku nanti' . Okay, here we are!

Eh by the way, ceritanya bakalan panjang. Nanti aku bagi jadi beberapa part yaw.

Nah di part I ini, ku mau cerita tentang drama mendaftar PLN sampai psikotes.

Jadi waktu itu kebetulan aku lagi stay di Jogja karena lagi ikut Petroleum Industry Training yang diadakan oleh KM Tekim UGM. Aku berencana mendaftar jika pelatihan sudah selesai. Tepat hari di mana pelatihannya selesai, deadline pendaftaran PLN sudah H-2. Tiwi, partner terbaikku sejak D3 itu tuh, yang rajin ngingetin buat daftar PLN. Awalnya dengan niat setengah hati dan 'iseng-iseng doang' ku buatlah akun di rekrutmen.pln.co.id , waktunya bener-bener mepet. Sementara aku belum scan ini itu, bahkan belum scan ijazah D3 juga. Ijazahnya ga aku bawa ke Jogja. Akhirnya aku minta tolong Mama buat scan ijazah D3-ku. Tapi yang namanya bu ibu ya, agak ribet mungkin beliau scan-scan begituan, jadinya gambar ijazah dan transkripku kepotong-potong. Bingung aku, akhirnya aku minta Mama buat scan fotokopian nya aja. Hamdalaah Berhasil, gambarnya ga kepotong. Jadi ku upload-lah fotokopian ijazah itu, padahal yang diminta scan ijazah asli. Aku mulai ragu bakal dipanggil tes :'D

Qadarullaah, malam itu di perjalanan menuju Jakarta, aku dapet sms dari PLN. Semacam undangan tes. Tes pertama adalah GAT (General Aptitude Test) hmm, tes apa ya itu? Aku juga baru pertama kali denger. Karena Tiwi sudah lebih dulu ikut tes di Lampung, jadi aku banyak tanya-tanya sama dia.

Intinya, GAT itu ya sama kaya TPA. Soalnya gampang, terdiri dari beberapa bagian. Bagian 1 tentang sinonim, pokoknya yang berhubungan dengan kata. Bagian dua tentang matematika sederhana, bagian tiga itu gambar. Gampang banget soalnya, kaya soal anak SD. Tapiiii soalnya banyak dan waktunya singkat banget. Seingetku untuk 50 soal per bagian, waktu yang dikasih cuma 9 menit.
Mungkin aku kasih sedikit TIPS untuk mengerjakan soal GAT ini
1. Fokus pada soal, jangan pedulikan waktu
2. Jangan terburu-buru, take your time
3. Jangan terlalu santai, jangan banyak mikir. Ini soalnya gampang. Apa yang pertama terlintas langsung aja pilih sebagai jawaban :D

Nah, tes PLN ini menganut sistem gugur. Jadi, tiap tahapan tes nya pasti ada peserta yang berguguran sebagai hasil dari seleksi alam, eh seleksi panitia deng. Biasanya, pengumuman tes GAT, hari itu juga. Karena kalau lolos seleksi, kamu akan ikut tes AKDING (Akdemik & Bahasa Inggris) keesokan harinya.

Hamdalaah, waktu itu aku buka pengumuman selesai shalat magrib, eh ternyata aku diijinkan Allah ke tahap selanjutnya.

Tes AKDING. Nah, karena aku jurusan teknik kimia, maka soal akademiknya semua tentang kimia dasar + pengetahuan umum tentang PLTU & PLTGU. Apa yang harus dipelajari? Kamu harus refresh ingatanmu tentang pelajaran kimia di SMA aja. Materinya seputar teori asam-basa, larutan elektrolit, hitungan pH, dan masih banyak lagi, aku lupa :D . Kalau bahasa Inggrisnya, mirip soal TOEFL tapi tanpa soal listening. Untuk waktunya, lebih panjang kok dari waktu tes GAT, tapi tepatnya berapa lama, aku lupa hehe.
TIPS lagi nih, sebelum kamu tes akding, kamu wajib
1. Baca materi kimia SMA
2. Baca sekilas materi tentang PLTGU, konon katanya soal tentang PLTGU pasti selalu ada.
3. Banyakin baca buku/soal latihan TOEFL.
Oh iya, kalau jurusan lain, akademiknya menyesuaikan kali ya. Heheh

Seperti GAT, pengumuman AKDING juga di hari yang sama ketika aku tes. Tepat jam 19.00, aku dapat kabar dari temen kalau pengumumannya sudah ada di website. Alhamdulillaah lagiii, namaku masih nyangkut di antara nama orang-orang yang lulus. Keesokan harinya, aku diundang untuk ikut Psikotes.

Oh ya, sejak awal tes, aku rajin belajar dari buku Psikotes ini.


Aku beli di Gramedia. Bukunya bagus, latihan soalnya banyak, ada juga latihan menggambar beserta tips nya, ada juga latihan hitungan Pauli. Lengkap deh, ada CD nya juga.

Menurutku buku ini sangat membantu. Dari banyak soal yang aku pelajari di buku ini, ga ada satupun yang sama dengan soal GAT. Tapiii, dengan banyaknya/seringnya kita latihan menjawab soal, nalar kita akan semakin baik, dan respon otak terhadap soal serupa juga akan makin cepat. Percaya deh, practice makes perfect-anonim 👌

Bagian yang paling aku nantikan dari psikotes adalah bagian menggambar, baik itu warteg maupun menggambar orang & pohon, semuanya aku suka :D . Tentunya ga sembarang gambar ya. Ada beberapa tips yang aku baca dari buku di atas, dan aku terapkan saat tes.

Setelah menggambar, selanjutnya kita akan memilih satu di antara dua pernyataan yang paling menggambarkan diri kita. Di sini ga ada salah dan benar, ga perlu juga terlalu lama mikir. Sebab ketika membaca dua pernyataan, mana yang pertama terlintas di pikiran dan paling menggambarkan diri kita, itulah yang harusnya kita pilih. Tips nya, apa ya.. Mungkin harus jujur. Pilih jawabannya yang 'ini memang aku banget' bukan jawaban yang 'kebanyakan orang ingini' atau jawaban yang sesuai norma yang harusnya berlaku. Jadi, dari 90 pasang pernyataan, hanya diberi waktu 30 menit.

Dan bagian terakhir adalah hitungan Pauli. Hari sebelum tes, aku sudah banyak latihan dari buku di atas. Berdasarkan tips yang aku baca dari buku, kita ga perlu tergesa di awal, jangan buang energi di awal, nanti loyo di belakang. Jadi intinya ciptakan ritme, kalau bisa grafiknya meningkat, jangan naik turun.

Konyolnya, waktu awal mulai, aku mengerjakan setenang mungkin. Sambil shalawatan, wkwk. Karena aku gamau ga ada Allah di tiap tahap tes ku. Pas baru sampe di bagian tengah halaman pertama, temen di sebelahku udah balik kertas. Aku langsung panik, masaaaa. Terus aku ga shalawatan lagi *ampuni hambaaa* wkwkw. Aku mulai genjot tangan, dan fokus pada angka. Sumpah ya, ini orang-orang di sekitarku pake kekuatan super apa? Masa aku baru balik kertas, mereka udah minta nambah kertas. Akhirnya aku pasrah 😂 . Aku shalawatan aja lagi. Bodo amat lah. Ga bisa ngejer orang-orang itu.

Ini contoh lembar kerja hitungan Pauli dari buku di atas

Fyi, kertas hitungan Pauli itu aslinya gede. Kalau ga A1 ya A0. Aku lupa juga :(

Selesai dari Psikotes aku langsung cerita ke Mama sama Papa. Intinya aku ga terlalu berharap untuk ikut tes kesehatan dua minggu lagi. Wkwkw karena hitunganku ga sampe satu setengah halaman. Aku merasa  jadi peserta tes paling cupu 😂

To be continued....

Note : sejak awal tes, aku rajin gugling tentang pengalaman orang-orang terdahulu yang sudah ikut tes PLN. Ada satu blog yang menjadi kiblatku selama tes, bisa cek di sini . Itulah pentingnya sharing, meskipun terlihat 'receh' bagi sebagian orang, tulisan itu bisa menjadi sangat bermanfaat buat sebagian yang lain. Terimakasih ya Mas Angga, karena sudah menulis :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mula Sebuah Kisah

15 Juni 2016, Aku menatap layar ponselku, satu komentar baru tersemat di sebuah postingan lamaku yang berjudul Puisi Tak Bertuan.  "Happy birthday. Mungkin hari ini membuatmu bahagia, mungkin juga tidak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan semoga sisa umurmu lebih bermanfaat dan barokah"  Aku terdiam sejenak, dia menjejak lagi di laman komentar blog pribadiku masih dengan identitas yang disembunyikan, anonim. Seperti tak mengenal lelah akan abainya sikapku, ia mencoba berbagai cara hanya agar pesannya berbalas. Baiklah. Namun  harus kuakui dialah satu-satunya orang yang mendoakanku tepat di hari itu, selain kedua orang tuaku. Maka demi menghargai niat baiknya, kuucap terimakasih dan kubalas ia dengan doa yang sama. Semoga kebahagiaan selalu menyertai sepanjang hidupmu .  15 Juni 2018,  Hari itu bertepatan dengan 1 Syawal penanggalan kalender hijiriah di tahun 1439. Beberapa hari terakhir aku berteman dengan kesakitan bernama pening, sepagi itu aku terb

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan