Langsung ke konten utama

Menuju ST (2)

Menyambung postingan di lembar sebelumnya, kali ini aku akan cerita tentang poster paper. Setelah melewati ujian pra desain pabrik, artinya berakhirlah semester 7. Babak baru telah di mulai, say hi to skripsweet. 

Nah, ngomong-ngomong tentang skripsi, di jurusan Tekkim ITS nih tema skripsi disesuaikan dengan laboratorium apa yang kamu huni selama dua semester alias satu tahun. Ada laboratorium (penelitian) apa aja di Tekkim ITS? Mulai dari lantai satu, ada lab perpindahan massa dan panas, polimer, teknik reaksi kimia, proses, dan lab pengolahan limbah. Di lantai dua ada lab biomassa, di lantai tiga ada biokimia dan lab thermodinamika. Dan di lantai empat ada lab elektrokimia, perancangan dan pengendalian proses, mekanika fluida atau dikenal mixing. 

Wih lengkap banget yak, udah kayak website chem-eng its nih blog wkwk. Ya jadi masing-masing lab punya nama beken atau nama singkatnya sendiri di kalangan mahasiswa/i tekkim. Kalo aku ada di lab mana? Aku dan Jojo jadi penghuni lab perancangan dan pengendalian proses atau perdalpro atau dalpro, terhitung sejak Februari 2016. Nah lab dalpro ada di lantai empat. Bayangkan tiap hari bolak-balik dari lantai satu ke lantai empat, lewat tangga. Sehat ga tuh? 

Sesuai dengan nama lab nya, perancangan dan pengendalian proses, maka tema penelitian untuk skripsi kami ga jauh-jauh dari merancang atau mengendalikan. Kerennya lab dalpro dibanding lab lain tuh, dalpro merupakan lab paling bersih dari lantai empat sampai lantai satu. Wkwk nanti kapan-kapan aku kasih tau deh nyamannya dalpro itu kek apa. Sekarang bahas skripsi dulu yes? 

Nah di antara pilihan merancang atau mengendalikan proses, pembimbing aku dan Jojo memilihkan tema optimasi. Lha kok? Yha bisa juga sih, optimasi kan bagian dari pengendalian. Ya ga tuh? Iyain aja ya :'D

Apa yang dioptimasi? Pabrik gula. Karena kita nih manis, makanya dari desain pabrik sampai skripsi dapet bagian yang manis-manis gimana gitu. 

Nah terus.... Haa ini tulisan udah morat marit keluar topik. My bad. 

Nah terus, penelitian ya berjalan seperti bagaimana seharusnya penelitian dilakukan. Haha mulai dari mengumpulkan data, mengolah data, menarik kesimpulan dan membuat laporan untuk kemudian dipaparkan di hadapan penguji. 

Tapi, di Tekkim ITS, kayaknya sih cuma di Tekkim ITS, karena kalau di Tekkim Unsri kayaknya ga ada ujian poster paper. Ujian poster paper itu ya sesuai namanya, ujian pakai poster. Duh gimana sih ini kalimatnya ribet :(

Jadi intinya penelitian kita tuh, yang baru berjalan sebagian atau 3/4 bagian atau bahkan ada yang sudah selesai, dituangkan dalam bentuk poster, posternya gede, ukuran kertas A1. Isi poster itu mulai dari latar belakang, tujuan, hasil yang telah dicapai, kesimpulan sementara dan hambatan. Nah posternya nanti dipajang di depan sekretariat jurusan. Nanti pengujinya keliling-keliling, sambil nanya-nanya sambil berdiri.

Aku sendiri sebenernya sebel sama poster paper. Sebel banget. U know why? Aku tuh lemah, ga tahan berdiri dalam waktu yang lama. Serius, 30 menit aja aku berdiri diem dan ga ngapa-ngapain pasti pusing dan berujung pingsan (eh tapi aku di ajak jalan ke Ijen dan b29 kuat kok). 

Karena sebelnya sama ujian poster paper itu sampai aku tanyakan ke Meita, "apa sih tujuan poster paper nih Met? Kenapa ga ujian di kelas aja? Atau ga kita datengin penguji ke ruanganya? Apa sih Met? Aku ga paham tujuannya" Meta jawab gini "gatau juga aku. Buang waktu yaa" 

Iya bener, buang waktu. Dijadwal tuh ujian poster dari jam 09.00-12.00 Wib. Tapi sudah hampir jam 12.00 ada temenku yang pengujinya belum datang sama sekali. Wkwkw kasihan. 

Pengujiku dan Jojo, datang kira-kira pukul 11.00. Beliau mampir dulu ke poster temenku si Dina-Rianti. Nanya-nanya kira-kira hampir 20 menit. Lalu aku ajak beliau ke poster kami, kau tau apa kata dia? "Oh kamu ini yang pabrik gula jelek itu ya?" sambil ketawa, wkwkwk beliau memang dak suka sama penelitian ini. Terus dia bilang lagi "yasudah, sini saya tanda tangan, saya ga ngerti ini penelitian. Nanti kamu tulis sendiri sarannya ya". 

Ya Allah... Aku sudah dibuat deg-deg an hanya untuk ini? Aku sama Jojo sudah belajar sampai malam jam 11 di lab hanya untuk tanda tangan doang? Wkwkw doa mama papa terlalu ampuh. Pagi-pagi Papa bilang "semoga Allah memudahkan urusanmu hari ini Nak" . Yhaaa Pa, urusan anakmu hari itu mudah nian selesai wkwkw

Lanjut ke penguji kedua, yang datang pukul 12.00, ga beda jauh sama penguji satu tadi, beliau mendengarkan penjelasanku sebentar terus tanda tangan, "ya kamu teruskan aja ya. Kamu yang ngerti ini gimana" . Dalam hati aku lonjak-lonjak. Sayangnya ini bukan ujian akhir. Kalau iya, sujud syukur aku ga ditanya apa-apa sama pengujinyaaaa.

Dan penguji ketiga, beliau ga hadir, ga tau ke mana. Sampai hari ini pun aku dan Jojo belum berhasil ketemu beliau. Ga tau kalau besok. Doakan saja lah, doakan ga ditanya apa-apa juga. Wkwkw

Sambil nungguin penguji, dari jam 09.00 itu aku ga pernah berdiri diem aja, aku jalan mondar mandir, duduk di kursi, ngedeprok di lantai, sambil lihatin temen-temenku. Sambil duduk aku sambil mikir lagi, untuk apa ujian poster paper nih? 

Nah mungkin beberapa gambar ini bisa menjelaskan.


Nah ini poster kami, yang itu yang sebelah kiri


Aku sempat mikir, poster paper itu dibuat untuk mereka yang haus ilmu. Yha orang-orang yang kepo lah. Kepo dalam hal baik tentunya. Kepo dengan penelitian orang lain, kayak mbak itu misalnya.


atau kayak partnerku ini, hmzz kepo juga u yaaa


atau untuk adik tingkat yang mau tahu tentang penelitian kakak tingkatnya





tapi nampaknya poster paper bukan buat orang kayak aku, yang cuma duduk tanpa kepo sana sini, duduk dengan penuh kebosanan. wkwkwk. Tapi lumayanlah dari tempatku duduk ngedeprok bisa dapat foto-foto di atas.

Jadi, kesimpulannya mungkin poster paper memang harus ada, sampai nanti-nanti. Karena ini nampaknya penting, dengan adanya poster paper, bertambahlah pengetahuan mahasiswa se Tekkim ITS, kan mereka pada kepo ke penelitian teman-temannya. Atau mungkin biar apa ya? ga tau lah aku. Itu cuma asal-asalanku aja. Yaa poster paper memang harusnya ada, untuk mereka, bukan untuk orang sepertiku. Wk



-Deby yang masih mikirin tujuan poster paper-





eh
nih bonus


kelakuan teman-temanku yang alay. Aku ga alay, meskipun paling gelap. 


nih lagi nih, siapa nih? fotonya ada di hp-ku.

Udah, sekian. Itu aja cerita tentang ujian dari waktu ke waktu. Nanti lagi aku cerita tentang ujian-ujian selanjutnya. Salam hangat dari Surabaya yang hangat~


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mula Sebuah Kisah

15 Juni 2016, Aku menatap layar ponselku, satu komentar baru tersemat di sebuah postingan lamaku yang berjudul Puisi Tak Bertuan.  "Happy birthday. Mungkin hari ini membuatmu bahagia, mungkin juga tidak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan semoga sisa umurmu lebih bermanfaat dan barokah"  Aku terdiam sejenak, dia menjejak lagi di laman komentar blog pribadiku masih dengan identitas yang disembunyikan, anonim. Seperti tak mengenal lelah akan abainya sikapku, ia mencoba berbagai cara hanya agar pesannya berbalas. Baiklah. Namun  harus kuakui dialah satu-satunya orang yang mendoakanku tepat di hari itu, selain kedua orang tuaku. Maka demi menghargai niat baiknya, kuucap terimakasih dan kubalas ia dengan doa yang sama. Semoga kebahagiaan selalu menyertai sepanjang hidupmu .  15 Juni 2018,  Hari itu bertepatan dengan 1 Syawal penanggalan kalender hijiriah di tahun 1439. Beberapa hari terakhir aku berteman dengan kesakitan bernama pening, sepagi itu aku terb

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan