Langsung ke konten utama

Teruslah Mendaki

Seandainya kau tahu bahwa kau sungguh berharga
Kau bisa jadi apa saja asal kau berupaya
Seandainya kau tahu apa doa Ayah dan Bunda
Tak mungkin sampai engkau tega mematahkan mimpinya

Teruslah bergerak, hingga rasa lelah sendiri kelelahan  mengikutimu

Sebab nanti suatu hari, kau akan tersenyum setiap pagi
Menikmati jerih diri dan segala yang telah kau lalui

Sebab nanti suatu hari, kau punya cerita tuk dibagi tentang mimpi yang tak pasti
Namun kau membuatnya terjadi

Belum saatnya berhenti, ayo terus mendaki
Sudah tak jauh lagi kini, ayo terus dekati

Seandainya kau tahu apa di balik gunung sana
Terhampar padang bunga-bunga, kau akan bahagia
Seandainya kau tahu bahwa anak-anakmu kelak inginkan sebuah cerita pahlawan di hidupnya

Teruslah bergerak, hingga rasa lelah sendiri kelelahan  mengikutimu

Sebab nanti suatu hari, kau akan tersenyum setiap pagi
Menikmati jerih diri dan segala yang telah kau lalui

Sebab nanti suatu hari, kau punya cerita tuk dibagi tentang mimpi yang tak pasti
Namun kau membuatnya terjadi

Belum saatnya berhenti, ayo terus mendaki
Sudah tak jauh lagi kini, ayo terus dekati semua mimpi...

Dengerin deh lagunya enak banget :)

Komentar

MacMan mengatakan…
Aku tak ingin seperti semeru yang ratusan tahun terpisah dengan penanggungan.

Postingan populer dari blog ini

Mula Sebuah Kisah

15 Juni 2016, Aku menatap layar ponselku, satu komentar baru tersemat di sebuah postingan lamaku yang berjudul Puisi Tak Bertuan.  "Happy birthday. Mungkin hari ini membuatmu bahagia, mungkin juga tidak. Semoga kebahagiaan selalu menyertaimu dan semoga sisa umurmu lebih bermanfaat dan barokah"  Aku terdiam sejenak, dia menjejak lagi di laman komentar blog pribadiku masih dengan identitas yang disembunyikan, anonim. Seperti tak mengenal lelah akan abainya sikapku, ia mencoba berbagai cara hanya agar pesannya berbalas. Baiklah. Namun  harus kuakui dialah satu-satunya orang yang mendoakanku tepat di hari itu, selain kedua orang tuaku. Maka demi menghargai niat baiknya, kuucap terimakasih dan kubalas ia dengan doa yang sama. Semoga kebahagiaan selalu menyertai sepanjang hidupmu .  15 Juni 2018,  Hari itu bertepatan dengan 1 Syawal penanggalan kalender hijiriah di tahun 1439. Beberapa hari terakhir aku berteman dengan kesakitan bernama pening, sepagi itu aku terb

Aku Juga Menunggu, Bu

Pagi ini Ibu gelisah, wajahnya terlihat jengkel. Bolak-balik ia masuk kamar. Akhirnya tanpa kutanya, ia menjawab. "Adikmu jika ditunggu lama sekali"  Aku tersenyum tipis, "aku juga sedang menunggu, bu"  "Siapa?"  "Entahlah"  Ibu kemudian meninggalkanku, mungkin ia semakin jengkel, mungkin ia kira aku menggodanya. Padahal aku sungguh-sungguh menunggu. Meski tak tahu siapa yang kutunggu.  ...bukankah kita tak perlu 'apa dan siapa' untuk bisa menunggu?  Bukankah menunggu hanya perlu keyakinan bahwa yang ditunggu pasti datang?  Apapun itu, siapapun itu...  Hey, kamu... aku masih menunggu Pendopo, Juli 2015

Puisi Tak Bertuan

Menjadi hujan... Aku adalah hujan Yang mungkin kamu benci Ketika aku turun tanpa permisi Membasahi lagi cucianmu yang nyaris kering Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Di teriknya siang di Surabaya Aku adalah hujan Yang katanya kamu sukai Tapi kamu lebih memilih berlindung di balik jendela kamarmu Aku adalah hujan Yang mungkin kamu tunggu Tapi kamu selalu berteduh, tidak menyambutku ramah Aku adalah hujan Yang tidak akan pernah lagi menyapamu Karena aku adalah hujan