Pada detak jarum jam yang menjadi kendali waktu, aku mengadu
Kenapa bibirku tersenyum tapi hampa
Kenapa lidahku berkata tapi tak bermakna
Oh mungkinkah aku gagal merayu cinta?
Memintanya jatuh tepat di hati yang nelangsa
Menciptanya seolah ia bagian dari rekayasa dunia
Membangunnya di atas keraguan doa
Semakin ku gapai wujudnya makin semu
Semakin ku raih aroma makin jauh
Kucoba bisikkan doa lirih, ia makin tak tersentuh
Adakah waktu mengerti?
Adakah hujan memahami?
Adakah Tuhan mengilhami?
Seorang hamba yang telah menjadi budak waktu
Seorang hamba yang hatinya membatu
Seorang hamba yang merayu tak kenal malu
Semoga pada detak jam yang ke sekian ribu
Pada hujan yang menggemuruh
Pada sujud yang tak ada batasan malu untuk mengadu
Tuhan pasti menjawab doa
Aku belum lelah menengadah
Masih setia membentang sejadah
Menghamba pada yang kuasa
Meminta dalam doa
Tuhan, buat hatiku jatuh cinta pada Surabaya
Pada tetesan hujan yang jatuh ke tanah, aku bertanya
Di sujud yang menjadi titik temu antara aku dan sang pencipta, aku berserah
Kenapa bibirku tersenyum tapi hampa
Kenapa lidahku berkata tapi tak bermakna
Oh mungkinkah aku gagal merayu cinta?
Memintanya jatuh tepat di hati yang nelangsa
Menciptanya seolah ia bagian dari rekayasa dunia
Membangunnya di atas keraguan doa
Semakin ku gapai wujudnya makin semu
Semakin ku raih aroma makin jauh
Kucoba bisikkan doa lirih, ia makin tak tersentuh
Adakah waktu mengerti?
Adakah hujan memahami?
Adakah Tuhan mengilhami?
Seorang hamba yang telah menjadi budak waktu
Seorang hamba yang hatinya membatu
Seorang hamba yang merayu tak kenal malu
Semoga pada detak jam yang ke sekian ribu
Pada hujan yang menggemuruh
Pada sujud yang tak ada batasan malu untuk mengadu
Tuhan pasti menjawab doa
Aku belum lelah menengadah
Masih setia membentang sejadah
Menghamba pada yang kuasa
Meminta dalam doa
Tuhan, buat hatiku jatuh cinta pada Surabaya
Komentar
:D