Kata Kang Abik lewat tokoh Subki di Api Tauhid "bumbu makanan paling nikmat itu adalah rasa lapar. Saat lapar, makanan apa pun akan terasa nikmat" . Aku setuju dengan pernyataan tersebut, ambillah contoh orang yang berpuasa. Seharian menahan nafsu, menahan lapar dan haus, waktu berbuka adalah waktu yang paling dinanti. Ketika seteguk air begitu berarti untuk membasahi kerongkongan yang mengering dan sebutir kurma menjadi pengganjal perut yang melilit. Kenikmatan berbuka meski dengan seteguk air mungkin tak dirasa oleh mereka yang tak puasa. Mereka yang tak puasa mungkin menanti bedug magrib tanpa rasa harap-harap sabar. Mungkin.
Nah, dalam Islam, puasa itu merupakan suatu perisai yang membatasi kaum muslimin dari perbuatan yang berlebihan. Bahkan, untuk menjaga iman para pemuda lajang yang belum mampu menikah, puasa menjadi jalan tengahnya.
“Wahai sekalian para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu untuk menikah maka hendaknya ia menikah, karena menikah dapat lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah penjaga baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kalau puasa sehari penuh yang dimulai sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari saja nikmat berbukanya tak terkira, gimana yang puasa sejak akil baligh sampai ijab kabul terucap ya?
Kalau seteguk air dan sebutir kurma begitu disyukuri ketika bedug magrib ditabuh, gimana rasa syukurnya untuk sebuah sentuhan setelah akad terucap ya?
Bahagia dan syukurnya tentu hanya bisa dirasa oleh mereka yang berpuasa, dan telah berbuka. Kalau masih jombs, ya belum tahu kan? Wk.
-selintas pikir di tengah malam, yang dingin, enak nih nyeduh teh dan bikin indomie, tapi tidur aja lah, ndak ada yang nemenin... Eh tjurhat lagi-
Rumah | Januari 2018
Komentar