Suatu siang di kereta Aku membetulkan letak kacamataku, menatap layar ponsel dengan serius. Tangan kananku menggenggam cakwe pemberian Aci di stasiun Gambir satu jam yang lalu. Baru setengah jam kereta yang kutumpangi melaju, hatiku seolah telah berjalan ratusan kilometer lebih jauh dari jarak yang telah tertempuh. Aku membaca ulang percakapanku dengan Aci di bbm dua hari yang lalu. "Aku kalo jatuh cinta milih-milih juga lah Gil, ga sembarang orang. Cuma orang istimewa dong yang bisa dapet cinta nya aku hahaha" Aku berhenti lama pada bagian itu. masih belum percaya, wanita yang membuatku rela menghabiskan dua tahun hidupku untuk menjadi sosok teman yang selalu ada, berbagi cerita, tawa, rasa dan air mata, kini telah jatuh cinta pada sosok pria istimewa (katanya), tapi itu bukan aku, bukan Agil atau Ragil Prasetya. Mukutku masih terus mengunyah cakwe, mataku tetap awas mengamati tiap baris kalimat dalam pesan bbm dari Aci. "Aaa...